Saya
punya kakak yang bernama Annisa yang biasa dipanggil Mba Icha. Jarak umur saya
dengan dia hanya beda 2 tahun. Saya sangat dekat dengannya, apapun yang kita alami
pasti kita saling berbagi cerita. Mba icha itu kakak yang paling baik menurut
saya, nasihat-nasihat dia selalu saya terima dengan baik. Lulus SMA kakak saya
bekerja di suatu PT, saya merasakan kehilangan dia karena kesibukan dia yang
sedang bekerja. Walaupun ia sibuk, ia tetap meluangkan waktunya untuk cerita
dan berbagi pengalaman ke saya tentang kerjaannya di kantor. Sehabis gajian ia selalu mengajak saya
jalan-jalan dan membelikan apa yang saya inginkan. Ia juga membelikan untuk
orang tua dan adik-adik saya.
Setahun
Mba Icha bekerja, ia memutuskan untuk menikah. Saya masih merasakan dekat
dengannya, saya masih sering bercerita apapun dan ia menceritakan ketegangan
karena mau menikah. Saat malam harinya saya merasakan sedih karena ia mau
menikah, entah kenapa saya sedih padahal seharusnya saya senang. Saat hari
pernikahannya saya merasa senang melihat ia tersenyum bahagia di atas
pelaminan. Keesokan harinya ia pamit bersama suaminya untuk tinggal dirumah
barunya. Disini saya tidak bisa menahan air mata, saya menangis melihat Mba
Icha pergi dengan suaminya. Saya tidak berani menatap ia waktu ia pergi dari
rumah, saya hanya diam dikamar.
Setelah beberapa hari saya baru menyadari
mengapa saya sedih, saya sangat merasakan kehilangan sosok seorang kakak yang
selalu membela, menasehati, melindungi dan temen cerita saya. Semenjak itu,
saya selalu menerapkan itu ke adik-adik saya dan sekarang saya lah yang menjadi
kakak yang paling tua di keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar